Diceritakan kembali oleh: Cucu Komara
Nun jauh di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang wanita muda yang kaya. Namun sayangnya, wanita muda itu pelit sekali. “Bukankah harta benda itu milikku? Jadi untuk apa aku memberikannya kepada orang lain?” begitulah pikir wanita muda itu. Padahal, penduduk di desa banyak yang miskin.
Karena wanita itu sangat pelit, maka pendudk desa menyebutnya Bagenda Endit. “Begenda Endit, kasihanilah saya! Sudah beberapa hari, anak saya tidak makan.” kata seorang perempuan tua memelas. “Hai, perempuan tua yang tidak tau diri! Cepatlah pergi dari hadapanku!” teriak Bagenda Endit mengusir. Karena wanita itu tidak mau pergi, Bagenda Endit menyiramnya dengan air, lalu menyeretnya keluar pekarangan rumahnya.
Walaupun Bagenda Endit sangat pelit, penduduk desa terus berdatangan untuk meminta air sumur. “Tidak, aku tidak akan mengijinkan kalian untuk mengambil air dari sumurku! Air sumur ini hanya milikku!” ucap Bagenda Endit dengan geram.
Tiba-tiba, seorang kakek tua telah berdiri di pekarangan rumah Bagenda Endit. Ia berjalan terseok-seok menuju sumur sambil menumpu pada tongkatnya. Ketika kakek itu hendak mengambil air, Bagenda Endit yang melihat hal itu seraya memukul sang kakek dengan sebuah alu. “Ampun, Bagenda Endit! Saya hanya akan mengambil air untuk minum.” Kata kakek itu berusaha bangkit. Bagenda Endit terus memukulidia .
Serta merta kakek itu bangkit dengan tubuh yang segar bugar. Ia berjalan menghampiri Bagenda Endit.tongkatnya ia tudingkan kepada wanita tua yang kejam itu. “Hai, Bagenda Endit, ….terimalah hukuman dariku!” kata kakek tua itu dengan lantang. Lalu ia menunjuk sumur dengan tongkatnya. Sumur itu menyemburkan air dengan deras. Bagenda Endit tidak dapat menyelamatkan diri, dan ia tenggelam bersama hartanya.
Desa itu lenyap, yang ada hanya sebuah danau yang dalam dan luas. Danau itu dinamakan Situ Bagendit. Situ berarti danau yang luas. Bagendit, karena danau itu berasal dari sumur milik Bagenda Endit.
Dari cerita ini dapat dianalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat didalamnya. Unsur intrinsik meliputi : tema, tokoh, perwatakan, latar cerita, alur cerita, sudut pandang penceritaan, gaya bahasa, dan amanat.
Tema dari cerita ini adalah kehidupan. Dimana yang jahat suatu saat pasti mendapat balasan yang setimpal.
Tokoh dari cerita itu, itu adalah Bagenda Endit, perempuan tua, penduduk desa, dan kakek tua. Tokoh utama adalah Bagenda Endit, dan tokoh bawahan adalah perempuan tua, penduduk desa, dan kakek tua. Watak dari Bagenda Endit adalah adalah sangat pelit.kejam dan tidak memiliki rasa belas kasihan. Perempuan tua berwatak memelas, dan hidup dalam keadaan prihatin. Penduduk desa memiliki watak serupa dengan perempuan tua, yaitu memelas dan hidup dalam kesengsaraan. Kakek tua memiliki watak memelas pada awalnya namun akhirnya dia menjadi sangat tegas .
Latar cerita dibagi menjadi tiga yaitu, latar waktu, tempat dan suasana. Latar waktu dari cerita ini adalah pada zaman dahulu entah tepatnya kapan, karena ini hanya sebuah dongeng. Latar tempat, di suatu desa yang berpenduduk kebanyakan dalam keadaan miskin. Latar suasana, suasana menaungi desa itu karena hamper semua penduduk dalam keadaan sengsara.
Alur dari cerita itu adalah alur maju, karena tidak terjadi pengulangan ke masa lalu dari tokoh itu. Dan juga menggunakan alur tertutup karena pembaca telah mengetahui jawaban akhir dari cerita itu.
Sudut pandang penceritaan yaitu, Pencerita serba hadir. Karena pencerita tidak berperan apa-apa, hanya menyebutkan tokohnya dengan kata dia, ia, nama atau sebutannya. Pencerita juga mengetahui segala isi hati tokohnya.
Gaya bahasa adalah pilihan kata yang digunakan oleh penulis, sesuai majaz-majaz yang ada. Namun pada cerita ini tidak menggunakan majaz. Cerita ini hanya menggunakan bahasa sehari-hari yang baku.
Beberapa amanat dari cerita ini adalah jangan jadi orang yang terlalu pelit tak akan ada untungnya, hendaknya saling mengasihi pada sesama tak baik berbuat kejam kepada orang lain. Ingatlah segala yang kita tanam di hari ini akan kita tuai buahnya di kemudian hari. Jika kita menanam kebaikan akan mendapat kebaikan pula namun bila kita menanam kejahatan, kejahatan pulalah yang akan kita tuai.
nama:fahmi ihsan rijaluddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar